Selasa, 11 Mei 2010

Survey Kebutuhan Traktor


KONDISI INDUSTRI TRAKTOR INDONESIA


A. PEMBANGUNAN INDUSTRI ALSINTAN DI INDONESIA

Sebagai negara yang lebih dari 100 juta penduduknya bekerja di dalam sektor pertanian (agraris), Indonesia perlu memiliki kebijakan yang jelas dalam hal pembangunan industri alat dan mesin pertanian (alsintan). Kebijakan yang terarah dan tepat merupakan langkah strategis mengingat dalam tahun-tahun belakangan ini kinerja sektor pertanian cenderung menurun seiring kurangnya perhatian dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan.

Pemerintah Indonesia semenjak Pelita III s.d. IV telah mendorong tumbuhnya industri alsintan skala industri alsintan skala besar-menengah yang mencapai 95 perusahaan. Tarif bea masuk alsintan pada Pelita III dan IV sekitar 30 persen-40 persen, namun sejak tahun 1992 Pemerintah menurunkan tarif bea masuknya menjadi 0 persen-10 persen, sehingga industri alsintan yang berskala besar-menengah berkurang menjadi 33 perusahaan. Pada saat ini pasar dalam negeri dibanjiri oleh produk alsintan dari Korea, Taiwan dan khususnya dari Cina dengan harga yang sangat murah, namun mutunya rendah. Sementara itu Pemerintah akan melakukan revitalisasi sektor pertanian, dengan mekanisasi pertanian untuk meningkatkan produksi padi. Pada saat ini produsen alsintan skala menengah besar tercatat 33 perusahaan yang memproduksi:

• Traktor Pertanian : 14 perusahaan
• Pompa Irigasi : 18 perusahaan
• Thresher : 16 perusahaan
• Rice Milling Unit : 11 perusahaan
• Power Sprayer : 3 perusahaan
• Polisher : 5 perusahaan
• Husker : 3 perusahaan

Produsen alsintan skala kecil tercatat mencapai 600 unit usaha sedangkan bengkel tercatat 15.000 unit usaha. Ekspor alsintan dalam 5 tahun terakhir rata-rata mencapai US.$ 40,10 juta per tahun. Sedangkan tingkat utilisasi industri alsintan saat ini hanya sekitar 40 – 50 persen (lihat Tabel 2.1) dengan tingkat daya saing masih rendah (Laporan Perkembangan Sektor Industri Tahun 2007 : Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 2007).

Tabel 1. Utilisasi Kapasitas Terpasang Per Cabang Industri Di Indonesia

Pada awalnya, penerapan teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami hambatan dalam hal ekonomis, teknis dan sosial. Penggunaan traktor sebagai salah satu teknologi yang mendukung mekanisasi pertanian mulai berkembang pesat mulai tahun ’70-an. Traktor roda dua pada tahun 1973 hanya berjumlah 1.914 unit, namun meningkat hingga 25 kali lipat pada tahun 1997 hingga mencapai 53.867 unit. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama traktor roda empat hanya sedikit mengalami peningkatan dari 1.600 unit menjadi 6.124 unit. Sebagai gambaran mengenai perkembangan teknologi mekanisasi pertanian di Indonesia, dapat dilihat di dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Produksi Alsintan Indonesia Tahun 1973 – 1997

Di dalam negeri produsen-produsen alsintan cukup berhasil dalam merespon kebutuhan pasar akan penggunaan traktor pertanian. Sebagian besar dari alsintan untuk komoditas beras sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Pelopor industri alsintan yang cukup berhasil adalah berlokasi di Jawa Timur, Yogyakarta dan Sumatera Barat (Lisyanto,2002). Bahkan saat ini sudah ada perusahaan yang mampu mengeskpor produknya hingga ke 16 negara. Alsintan dan suku cadangnya yang diekspor ke luar negeri adalah traktor tangan, rice milling unit, rubber roll dan pompa air. Tabel 3 berikut menunjukkan kemampuan industri dalam negeri dalam menghasikan alat dan mesin pertanian, khususnya untuk traktor.

Tabel 3. Perkembangan Produksi Industri Alsintan Traktor di Indonesia
Tahun 2005

Dalam Tabel 3 di atas terlihat bahwa secara agregat daerah berkapasitas produksi terbesar adalah Jawa Barat dengan perkiraan kapasitas produksi 35.000 unit. Namun apabila mempertimbangkan faktor jumlah perusahaan alsintan yang berproduksi di daerah tersebut, maka DI Yogyakarta memiliki perusahaan yang berkapasitas produksi terbesar di Indonesia dengan 30.000 unit.

B. STRUKTUR INDUSTRI ALSINTAN NASIONAL


Secara umum, industri alsintan di Indonesia diisi oleh perusahaan berskala besar, sedang atau menengah dan kecil. Perusahaan besar dan menengah pada umumnya telah memiliki teknologi yang cukup untuk mengembangkan alat dan mesin pertanian yang kompleks seperti traktor tangan, traktor 4-roda, RMU, power sprayer, mesin panen, pompa air dan motor bakar. Untuk suku cadang dan komponen-komponen penting, perusahaan besar-menengah pun masih mengimpor dari luar negeri. Perusahaan dalam negeri belum mampu untuk dapat memproduksi sendiri suku cadang dan mesin-mesin penting berteknologi tinggi tersebut. Sedangkan perusahaan alsintan berskala kecil hanya mampu memproduksi alat-alat sederhana, misalnya alat perontok, implemen pengolahan tanah dan alat-alat pertanian lain yang tidak memerlukan penguasan teknologi canggih.

Perusahaan besar-menengah biasanya mengadopsi dan merakit mesin-mesin dari pabrikan Jepang dan Korea. Perusahaan besar dari Jepang contohnya, Komatsu, Caterpilar, Kobelco dan Hitachi. Sedangkan di Korea Selatan pabrik alat berat yang terkenal diantaranya Daewoo, Samsung dan Volvo. Kebanyakan industri besar-menengah di Indonesia masih berafiliasi dengan merek-merek dari Jepang. Namun saat ini, beberapa perusahaan juga mulai beralih pada mesin-mesin pabrikan Cina yang dianggap lebih murah. Walaupun demikian bila dibandingkan dengan buatan Jepang atau Korea, performa mesin buatan Cina masih kalah kualitasnya. Contoh perusahaan yang berpartner dengan perusahaan Cina adalah Dong Feng Motor Corporation dengan merek traktor Dong Feng.

Perusahaan besar dan menengah dapat dikatakan sebagai industri inti alsintan. Sedangkan perusahaan kecil di masa yang akan datang dapat ditingkatkan peran dan kemampuannya menjadi industri pendukung untuk menyuplai suku cadang dan komponen pada industri inti alsintan (Departemen Perindustrian : 2005).

Daftar perusahaan alsintan di Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada bagian Lampiran 1.

C. PROFIL INDUSTRI TRAKTOR DI INDONESIA

Introduksi penggunaan traktor secara masif sebagai alsintan pada awalnya sejalan dengan gerakan mekanisasi pertanian yang dijalankan pemerintah untuk memacu tingkat produksi pangan. Gerakan tersebut misalnya tercermin dalam beberapa kebijakan yang diambil, diantaranya percobaan mekanisasi pertanian di Sekon Timor-Timur tahun 1946, pool-pool traktor pada tahun 1958, perusahaan bahan makanan dan pembukaan lahan tahun 1958 serta PN Mekatani (Mekanisasi Pertanian) tahun 1962. Kemudian ketika Indonesia memasuki Pelita III (zaman Orde Baru), penggunaan traktor terus digalakkan. Hal ini ditujukan agar Indonesia dapat menjadi negara yang berswasembada pangan.

Struktur industri traktor di Indonesia didominasi pemain dengan kapasitas besar dan menengah. Pemain dengan kapasitas besar biasanya merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA), sedangkan perusahaan skala menengah merupakan hasil penanaman modal dalam negeri (PMDN). Data yang didapatkan dari Departemen Perindustrian menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan yang secara khusus memproduksi traktor. Dikarenakan pada umumnya, perusahaan-perusahaan tersebut juga turut memproduksi alat-alat dan mesin pertanian lainnya. Sehingga relatif sulit untuk menentukan perusahaan yang secara khusus hanya memproduksi traktor.

Data yang didapatkan dari GAMMA (Gabungan Asosiasi Perusahaan Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia) dan HINABI (Asosiasi Industri Alat Besar Indonesia) bertahun publikasi 2006 menunjukkan bahwa setidaknya ada 33 perusahaan yang bergerak di bidang produksi alat dan mesin pertanian. Sejak tahun 2003 – 2007, terlihat memang sangat sedikit penambahan jumlah investasi di sektor mesin pertanian. Untuk penanaman modal asing, sejak tahun 2006, terlihat investor luar negeri tidak melakukan penambahan modal atau investasi baru lagi di sektor mesin pertanian ini. Hanya pada tahun 2005 nilai investasi modal asing di sektor mesin pertanian menunjukkan angka signifikan, yakni mencapai 3,885 juta US$ (lihat pada Tabel 4).

Keadaan yang relatif sama ditemui pada kondisi investasi dari dalam negeri (PMDN). Di sektor industri dan kurun waktu yang sama, investor dalam negeri mengucurkan nilai investasi yang secara agregat lebih besar dibandingkan nilai investasi PMA. Pada tahun 2003, total investasi PMDN mencapai 13,017 juta US$ atau hampir 30 kali lipat dibandingkan nilai PMA pada tahun yang sama yang hanya mencapai 0,45 juta US$. Sedangkan di tahun 2005, nilai PMDN menunjukkan angka 5,3920 juta US$. Lebih lengkap lihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Nilai Investasi PMA Dan PMDN Di Sektor Mesin Pertanian
(US$ Ribu)

D. PRODUSEN DAN KAPASITAS PRODUKSI TRAKTOR DI INDONESIA


Beberapa alsintan dengan berbagai variasi model yang telah dikembangkan dan diproduksi oleh perusahan besar di Indonesia secara umum antara lain:
1. PT. Yanmar Agricultural Machinery Manufacturing Indonesia: traktor roda 4, power tiller, mini tiller, rice mill equipment, dan lain-lain.
2. PT Kubota Indonesia: Diesel engine, single cillinder, generator, power tiller, ridding tiller, water pump, rice milling unit (RMU), dan lain-lain.
3. PT. Agrindo : traktor roda 4, power reaper, RMU, dryer, pemisah menir, huller, rice polisher, paddy cleaner, diesel engine, power tiller, pompa air, dan lain-lain.
4. CV. Karya Hidup Sentosa: traktor roda 2, dan distribusi berbagai implemen pengolahan tanah, power thresher, RMU, Rice polisher, alat panen, pompa air, dan lain-lain.
5. PT. Traktor Nusantara : perusahaan ini lebih banyak distributor memproduksi traktor roda empat dengan merek Massey Ferguson.
6. PT. Altrak 1978 : distribusi traktor roda empat dengan merek New Holland.
7. PT. Bina Pertiwi : distributor merek traktor Kubota 4-roda pabrikan dari Jepang.
8. PT. Satrindo Mitra Utama : dengan merek dagang traktor roda empat John Deere.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Departemen Perindustrian (2008), produk traktor yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa tipe : (i) sophisticated hand tractor; (ii) simple hand tractor; (iii) mini tractor; dan (iv) four-wheel drive tractor. Sophisticated hand tractor dan simple hand tractor merupakan traktor jenis 2-roda dengan tenaga penggerak maksimal 15 hp, poros tunggal, dan dikendalilikan oleh tangan oleh pengemudi atau operator. Sedangkan mini tractor adalah jenis traktor 4-roda dengan kapasitas tenaga kurang dari 25 hp. Dan four-wheel drive tractor adalah traktor 4-roda dengan tenaga antara 25 hp – 50 hp dan 50 hp ke atas.

Produsen sophisticated hand tractor didominasi oleh PT. Pupuk Iskandar Muda. Data ini yang diambil dari Departemen Perindustrian ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi jenis traktor ini cukup besar, karena kebutuhan pasar juga sangat besar. Jenis traktor ini lebih banyak diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri.

Tabel 5. Produsen dan Kapasitas Produksinya Untuk Jenis Sophisticated Hand Tractor

Jenis traktor lain yang banyak beredar di Indonesia adalah simple hand tractor. Jenis traktor ini banyak digunakan oleh para petani padi dan palawija. Ada empat perusahaan yang memproduksi jenis traktor ini. Jumlah kapasitas produksi terpasang terbesar adalah CV. Karya Hidup Sentosa (lihat pada Tabel 6).

Tabel 2.6. Produsen dan Kapasitas Produksinya Untuk Jenis Simple Hand Tractor

Untuk jenis traktor mini (mini tractor) banyak diserap oleh industri perkebunan. Pemain utama di segmen traktor ini adalah PT. Bhinneka Swadaya Inti dengan kapasitas 3.800 unit dan PT. Bina Pertiwi dengan 2.000 unit.

Tabel 7. Distributor Produksinya Untuk Jenis Mini Tractor

Untuk produsen traktor roda empat, masih dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan tersebut juga merupakan representatif perusahaan yang ada di luar negeri seperti Kubota, Yanmar, dan beberapa perusahaan asing dari Eropa. Perusahaan tersebut mengimpor mesin-mesin dan komponen kritikal yang tidak dapat dibuat sendiri oleh perusahaan dalam negeri dan kemudian proses assembling dilakukan di Indonesia. Produk akhir berupa traktor kemudian dipasarkan di dalam negeri dan sebagiannya untuk diekspor.

Tabel 8. Produsen Dan Kapasitas Produksinya Untuk Jenis 4-Wheel Tractor

Data kapasitas produksi terpasang tidak tersedia, data yang tersedia juga kurang dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk The Big Player di dalam industri traktor tidak ada data sekunder yang tersedia untuk dipublikasikan. Namun berdasarkan pengamatan dalam survey lapangan dan observasi tenaga ahli, beberapa perusahaan besar yang menguasai pasar traktor di Indonesia adalah Kubota Indonesia, Yamindo, KHS, Agrindo, Traktor Nusantara, Altrak 1978, Bina Pertiwi. Perusahaan ini memiliki branding positioning yang baik. Sehingga wajar bila merek traktor yang banyak beredar adalah merek traktor yang diproduksi oleh perusahaan tersebut, baik itu traktor 2-roda maupun traktor 4-roda.

2.5. SEBARAN DAN POPULASI TRAKTOR DI INDONESIA
Sebaran populasi traktor 2-roda terbesar berada di Pulau Jawa dengan 52 ribu unit. Untuk propinsi dengan sebaran traktor 2-roda terbesar berada di Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 18,9 ribu unit dan propinsi yang paling sedikit memiliki traktor 2-roda adalah DKI Jakarta dengan hanya 11 unit. Pulau yang memiliki traktor 4-roda terbanyak adalah pulau Sumatera dengan 1989 unit, sedangkan propinsi dengan jumlah traktor 4-roda terbanyak adalah Sumatera Utara sebanyak 759 unit. Dengan demikian tingkat kebutuhan akan alat mekanisasi pertanian, terutama traktor, pertanian saat ini masih cukup tinggi. Jumlah persebaran traktor 2-roda dan 4-roda di Indonesia dapat dilihat lebih lengkap pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Persebaran Traktor Menurut Propinsi Di Indonesia Tahun 2002

Dari Tabel 9 di atas terlihat adanya kecenderungan tingginya ketersediaan traktor 2-roda dan 4-roda, terutama di wilayah-wilayah sentra kegiatan agroindustri. Tingginya jumlah traktor tersebut setidaknya mencerminkan penerimaan teknologi mekanisasi yang cukup baik dari pelaku industri agronomi, terutama industri pangan. Walaupun begitu tidak bisa dipungkiri bahwa di lapangan banyak ditemukan kekurangan dan kelemahan yang terjadi. Kelemahan yang dimaksud meliputi lembaga/asosiasi petani, kebijakan perdagangan alsintan, kredit, riset dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, fasilitas produksi dan perbaikan lokal, dan jasa penyewaan alsintan.

Selain traktor, produk lain dari industri alsintan juga memiliki produk mekanisasi pertanian. Diantaranya jabber, sedder, transplanter, alat pemupukan urea tablet, pompa air, alat pengolah padi (paddy processor), rice milling unit, dan mesin penggilingan padi. Untuk lebih lengkap, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.


Tabel 10. Persebaran Alsintan Non-Traktor Menurut Propinsi Di Indonesia Tahun 2002
DATA ALSINTAN NON-TRAKTOR 2002

Data pada Tabel 11 di bawah ini menunjukkan besaran jumlah produksi traktor di Indonesia yang dipublikasikan BPS (2006). Walaupun banyak diragukan banyak pihak terkait reliabilitas datanya, namun secara kasar dapat terlihat adanya trend kenaikan jumlah traktor, baik untuk 2-roda dan 4-roda. Dengan daya dukung mekanisasi yang baik, petani dapat meningkatkan produktfitas, efektifitas dan efisiensi serta mengurangi beban kerja petani. Jika diasumsikan bahwa 60% dari sekitar 6,8 juta Ha lahan sawah (Badan Pusat Statistik: 2003) dapat diolah dengan traktor 2-roda berkapasitas olah 2 Ha per hari dan waktu produktif traktor per masa tanam selama 20 hari, maka diperkirakan kebutuhan traktor 2-roda mencapai 171.250 unit. Belum lagi jika turut memperhitungkan lahan perkebunan dan kehutanan yang membutuhkan traktor 4-roda, maka secara agregat kebutuhan traktor nasional masih cukup tinggi. Apabila dibandingkan dengan jumlah produksi traktor 2-roda dan 4-roda di Indonesia pada tahun 2002, maka masih ada peluang yang besar bagi industri alsintan untuk memenuhi kebutuhan traktor tersebut. Dengan kata lain, pasar industri alsintan khususnya traktor masih belum jenuh dan mempunyai peluang berkembang di masa yang akan datang.Fakta ini menjelaskan bahwa adanya kenaikan tingkat permintaan pasar terhadap produk alsintan terutama untuk traktor.

Tabel 11. Data Produksi Traktor Di Indonesia
Tahun 2002

Menurut salah satu sumber ahli (expert), populasi traktor 2 roda di Indonesia diperkirakan sekitar 180.000 unit. Hasil kajian Departemen Perindustrian yang dilakukan pada akhir 2007 menyebutkan bahwa kebutuhan traktor 2 roda fluktuatif (Tabel 12).

Tabel 12. Data Dugaan Perkiraan Jumlah Penambahan Kebutuhan Traktor Di Indonesia 2007 - 2016

Perkiraan ini didasarkan pada variabel-variabel yang menentukan antara lain: indeks pertanaman, koefisien luasan sawah efektif, rendemen produk, koefisien mekanisasi, kebutuhan alsintan dalam 100 ha, produktifitas lahan, persentase pergantian alat, luas panen, luas lahan, alat yang dibutuhkan. Jika supply tiap tahun terpenuhi, maka kebutuhan untuk traktor 2 roda berkisar antara 34.000-43.000 unit setiap tahunnya.

Simulasi ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan kebutuhan alsintan di Indonesia. Hal ini juga bisa dilakukan untuk kebutuhan traktor 4 roda. Dari hasil simulasi tersebut dapat di proyeksikan bagaimana struktur pasar dan peluang pasar yang bisa di raih oleh sebuah perusahaan. Kajian tersebut harus dilakukan secara khusus dengan waktu yang khusus juga.

F. VOLUME IMPOR TRAKTOR NASIONAL

Beberapa negara yang memiliki kontribusi impor paling tinggi adalah Jepang, China, dan Taiwan. Akan tetapi ada beberapa jenis traktor yang impornya sangat di domonasi oleh negara-negara Eropa, Australia, dan Amerika. Traktor yang memiliki kapasitas tenaga yang besar negara asal dari impor jenis tersebut berasal dari Amerika Serikat dan Amerika Latin seperti Brazil dan Mexico.

Kode HS dari produk jenis traktor ini sudah mencapai 10 digit dimulai dari tahun 2005. Oleh karena itu deskripsi produknya pun berbeda dengan tahun 2004 dan sebelumnya. Kode HS digunakan untuk memudahkan koding dalam proses impor.

Indonesia merupakan net importir dalam produk traktor ini. Perusahaan-perusahaan domestik hanya merakit komponen dan membuat brand nasional saja. Hampir seluruh komponen utama terutama mesin di impor dari pabrikan asal di luar negeri. Selain melakukan perakitan traktor, ada pula beberapa perusahan yang hanya melakukan trading traktor, artinya perusahaan hanya mendatangkan traktor yang sudah jadi dengan merek tertentu dan menjualnya kembali untuk kebutuhan pasar domestik. Sebagian besar dari perusahaan dalam negeri menjual traktornya di dalam negeri. Hal ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya populasi traktor nasional.

Data tahun 2007 yang didapat dari BPS ini merupakan data yang tidak termasuk kawasan berikat. Hal ini dikarenakan, perhitungan perusahaan yang berada di kawasan berikat baru dikalkulasikan pada tahun 2008 ini (Tabel 13).

Tabel 13. Data Impor Berbagai Jenis Traktor Tahun 2007

2.7. VOLUME EKSPOR TRAKTOR NASIONAL
Volume ekspor ini merupakan konsekuensi dari global trading yang di jalankan oleh perusahaan-perusahaan besar di dunia. Hal ini memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk menjadi eksportir walaupun sebenarnya Indonesia tidak memproduksi komponen utama seperti mesin. Indonesia hanya merakit dan melakukan penjualan barang jadi (Tabel 14).

Tabel 14. Volume Ekspor Traktor Tahun 2007

4 komentar:

  1. selamat siang pak ihsanur, boleh kami tahu no tlp bapak yang lain, sebab dengan nomor 085811160833 no tsb dari provider tidak terdaftar . karena saya ada keperluan lebih detail sehubungan dengan survey pasar traktor

    BalasHapus
  2. Boleh share tabelnya ke email zeus_prasetiyo@yahoo.com
    akan dijadikan referensi untuk keperluan riset project. Thanks

    BalasHapus
  3. Halo, saya Helena Julio dari Ekuador, saya ingin berbicara tentang Layanan Pendanaan Le_Meridian tentang topik ini.Le_Meridian Layanan Pendanaan memberi saya dukungan keuangan ketika semua bank di kota saya menolak permintaan saya untuk memberi saya pinjaman 500.000,00 USD, saya mencoba semua yang saya bisa untuk mendapatkan pinjaman dari bank-bank saya di sini di Ekuador tetapi mereka semua menolak saya karena kredit saya rendah tetapi dengan rahmat Tuhan saya jadi tahu tentang Le_Meridian jadi saya memutuskan untuk mencoba mengajukan permohonan pinjaman. dengan insya Allah mereka memberi saya pinjaman 500.000,00 USD permintaan pinjaman yang ditolak bank-bank saya di sini di Ekuador, sungguh luar biasa melakukan bisnis dengan mereka dan bisnis saya berjalan dengan baik sekarang. Berikut adalah Email Investasi Pendanaan Le_Meridian / Kontak WhatsApp jika Anda ingin mengajukan pinjaman dari mereka.Email:lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.comWhatsApp Contact: 1-989-394-3740.

    BalasHapus

Berita Agroindustri

Kemasan Cerdas dengan Sensor Kebusukan Fillet Ikan. Mahasiswa bernama lengkap Yogi Waldingga Hasnedi berhasil membuat kemasan cerdas pendeteksi kebusukan fillet ikan. Ia memulai penelitiannya karena melihat bahwa penilaian kesegaran ikan yang dilakukan masyarakat sampai saat ini masih menggunakan indra dengan faktor yang diamati berupa penampakan (diamati pada mata, kulit, dan insang), tekstur, bau, dan warna. Sejalan dengan kemajuan teknik kemasan, berbagai penilaian tingkat kesegaran ikan saat ini telah mengarah pada produk kemasan yang terintegrasi antara nilai kemasan tersebut dengan tingkat kesegaran ikan itu sendiri...Selengkapnya

Tips Trik Menulis Skripsi